Kita semua tahu bagaimana pesatnya teknologi informasi saat ini dan telah merasuki ke sendi-sendi kehidupan manusia bahkan bisa merubah pribadi manusia. Media informasi yang bersifat umum ( seperti koran, majalah,dll) dan yang bersifat pribadi ( komputer, ponsel, TV, dll) telah terintegrasi dalam menyalurkan bentuk-bentuk informasi.
Dari sekian banyak tujuan penggunaan media informasi adalah sebagai alat untuk memobilisasi pikiran, presepsi dan opini manusia atas suatu hal. Kalau berbicara era kuno ( perang dingin atau perang dunia) kita mengenal istilah propaganda maka sarana yang dipakai untuk menjalankan propaganda adalah media-media informasi. Sampai hari ini hal serupa masih ada namun dalam kemasan berbeda. Dalam perkembangan kekinian lebih sering diarahkan untuk tujuan mengintervensi pandangan politik, daya beli, daya saing dan ketahanan moral.
Namun yang menarik bagi saya adalah kasus video mirip Ariel yang ramai baru berselang, adalah saat media informasi itu mengintervensi ketahanan moral dan juga dalam kasus politik dan hukum seperti kasus Bibit - Chandra dan kasus pajak Gayus yang mana media informasi sebenarnya telah meneguhkan peran pentingnya merubah presepsi masyarakat dan mengumpulnya suara rakyat yang bisa mempengaruhi kebijakan penguasa dan kehidupan berbangsa.
Kasus video mirip Ariel sangat terkait dengan pengaruh globalisasi informasi kehidupan orang barat (gaya hidup), yang berawal dari tujuan-tujuan ekonomi asing ke Indonesia untuk konsumerisme kemudian prilaku orang Indonesia dipengaruhi (mencontoh gaya orang barat). Mencontoh adalah sifat manusia apalagi mencontoh hal-hal yang cendrung fashionable dan yang lagi trend. Lalu apakah merekam adegan intim yang juga sudah banyak kasus terjadi sebelumnya di negeri ini, adalah trend atau adanya salah presepsi atas fungsi perangkat teknologi bagi manusia ?
Pertanyaan silahkan dijawab sendiri dan kalau bisa menjawab akan sangat menggugah kesadaran Anda (jka anda orang normal).
Dalam kasus Bibit-Chandra dan Gayus sebenarnya sama dengan di atas dimana globalisasi informasi gaya hidup barat via facebook dengan menggalang dukungan untuk Bibit-Chandra atau memboikot bayar pajak telah memobilisasi pikiran merubah presepsi dan opini masyarakat atas prilaku penegak hukum, penyelenggara negara dan pebisnis. Namun jelas dampak yang diakibatkan beda dengan kasus video mirip Ariel.
Luar biasa kekuatan media informasi dalam memobilisasi pemikiran, presepsi dan opini manusia!!
Rasulullah SAW dalam menegakan Islam dan mendirikan negara Islam pertama di Madinah membatasi perjuangannya pada area intelektual dan politik, beliau berjuang tanpa kekerasan, berjuang memobilisasi presepsi dan opini publik agar mendukung Islam dan mempengaruhi kelompok elit intelektual pada zamannya walau harus mengalami berbagai penyiksaan dan pemboikotan. Apakah saat ini pihak asing telah mencontoh metode Rasullulah SAW ini dengan kemasan yang lain ? Bisa jadi ya.
Tapi kita harusnya sangat sadar metode memobilisasi opini dan presepsi ini harusnya kita contoh dalam menegakkan kekuasaan rakyat yang sudah sering diabaikan oleh para wakil rakyat di pemerintahan dan parlemen yang sering membuat kebijakan-kebijakan yang tidak pro rakyat seperti kasus dana aspirasi, kasus raperda miras di Bandung, penerapan undang-undang keterbukaan informasi publik yang sepertinya enggan diterapkan penyelenggara negara, dan banyak kasus lainnya dimana memperlihatkan para wakil rakyat bisa leluasa mengutak atik perundangan untuk tujuan sesaat dan membuatnya untuk kepentingan golongannya sendiri.
Media informasi adalah sebuah perangkat yang memiliki kekuatan merubah pemikiran, presepsi maupun opini manusia, ia bisa untuk tujuan positif maupun sebaliknya. Semoga rakyat indonesia bisa menyadari dan tahu perbedaan fungsinya.